Kamis, 02 Juni 2011

Wahai Pendosa! Saatnya Taubat!


Maha Suci Allah Penguasa Keabadian di bentangan jagad raya semesta, Maha Suci Allah Yang Maha Menghamparkan Angkasa Raya dengan Cahaya yang senantiasa berpijar mencerminkan keindahan-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Mengasuh dan mengayomi pengaturan segenap makhuk-Nya di langit dan bumi,

“Maka Bertasbih Pada-Nya Seluruh Apa Yang di Langit dan bumi dan Dia Maha Perkasa dan Maha Menghakimi" (Al-Hasyr:24)

SUNGGUH MERUGI orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya, karena setiap dosa berarti pengingkaran atas-Nya, dan alam semesta ini tidak rela dengan pengingkaran atas Allah swt., sebagaimana firman-Nya menceritakan bahwa alam ini akan runtuh dan hancur karena dosa manusia yang menantang kemurkaan-Nya,
“Hampir saja langit itu pecah, dan bumi terbelah dan gunung-gunung hancur, ketika mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai putra.” (Maryam:90)

Ayat ini menjelaskan bahwa alam semesta ini marah dengan pengingkaran manusia di muka Bumi, namun Allah menghendaki agar alam ini bertahan dari kehancuran.
Ketika seorang hamba bermaksiat dengan anggota tubuhnya, yang tentunya anggota tubuh itupun makhluk hidup yang milik Allah swt.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tubuh kita ini merupakan rangkaian milyaran sel hidup yang masing-masing bertugas dengan tugasnya masing-masing, dan bila kita berdosa misalnya dengan lidah kita, maka berapa milyar sel yang kita libatkan dalam kehinaan? Bagaikan seorang pemimpin yang berbuat jahat dan kelicikan
maka tentu semua pegawainya yang terlibat turut mendapat tuntutan. Maka terlibatlah milyaran sel tubuh kita dalam dosa.
MERUGILAH mereka yang wafat dalam dosa dan belum sempat bertobat, maka ia terkubur membawa seluruh dendam milyaran sel tubuhnya, terkubur membawa dendam bumi, air, api, makanan, dan apa saja yang ia kotori dengan dosa dimasa hidupnya, setiap suap makan yang digunakannya untuk maksiat akan menjadi dendam dan penuntutan mereka dihadapan Allah.
Demikian pula setiap debu yang kita injak, setiap teguk air, dan semua yang kita libatkan dalam dosa di alam Allah ini, bagaikan rakyat yang dilibatkan pengingkaran oleh seorang abdi raja, ditipu, didzalimi, mereka semua akan menuntut di hadapan Raja Alam Semesta di Hari Kebangkitan.
Betapa menyedihkan mereka di hari kiamat, belum lagi dituntut oleh orang-orang yang mereka dzalimi di masa hidupnya, yang mereka gunjing dan mereka caci.
Maka ketika seorang hamba menghadap di hadapan Allah membawa kitab amalnya, ia melihat dan berkata, “Wahai Tuhanku, aku pernah beramal ini
dan itu, namun mengapa catatannya tidak ada dalam kitab amalku?” Maka Allah menjawab, “Engkau mendzalimi fulan, mengumpat fulan, menggunjing fulan, mengambil harta fulan, mengganggu fulan, menipu fulan, maka amal-amalmu banyak yang tercabut dan dipindahkan untuk mereka”.
Lalu hamba itu pun melihat-lihat lagi kitab amalnya dengan sedih, lantas ia berkata lagi, “Wahai Tuhanku, ini dosa-dosa banyak tercatat dalam kitabku dan ini tidak pernah kulakukan.” Maka Allah menjawab, “Itu dosa-dosa orang yang kau dzalimi dipindahkan kepada kitab amalmu.” Maka tercabutlah pahala-pahala yang telah mereka perjuangkan di masa hidupnya, tercabut sebab ucapannya, sebab caciannya, sebab dosa-dosanya.
BERUNTUNGLAH mereka yang selalu menyucikan dirinya dengan istighfar, sering hadir di majelis taklim dan majelis dzikir, maka mereka selalu dibersihkan dosa-dosanya oleh Yang Tunggal Maha Memiliki Pengampunan.
Beruntunglah para pecinta Nabi Muhammad saw.
Karena sabda Rasul saw.,
“Seseorang akan bersama orang yang ia cintai.”
(Shahihain Bukhari dan Muslim).
BERUNTUNGLAH mereka yang mengikuti jejak para sahabat radhiyallahu ‘anhum, betapa mulianya para sahabat dan betapa agungnya kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad saw.
Bahkan ketika wafat, mereka pun selalu ingin dekat dengan Nabi Muhammad saw., bagaikan anak manja yang tak ingin jauh dari ibunya dalam segala keadaan.
Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, ketika Rasul saw. baru saja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang seseorang yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw., maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta. Sahabat itu berkata, “Aku memintanya untuk kafanku nanti.”

DEMIKIANLAH CINTA para sahabat kepada Sang Nabi saw., sampai kain kafan pun mereka ingin berbekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.
Sayyiduna Umar bin Khattab ra berwasiat untuk dimakamkan di sebelah Rasul saw., dan ia berkata, “Tidak ada yang lebih penting bagi diriku selain dimakamkan berdampingan dengan Nabi saw.” (Shahih Bukhari).
Saat Rasulullah saw. wafat,
Sayyiduna Abubakar membuka kain penutup wajah Sang Nabi, lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi beliau  dan berkata, “Demi ayahku, dan engkau wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu, kini telah kau lewati.” (Shahih Bukhari).
Adakah kita ingin termuliakan bersama para sahabat dalam mencintai Nabi saw.? Para sahabat bukanlah kelompok Barbar pemuja setan yang selalu ingin minum darah dan menikmati jeritan kesakitan.
Sebagaimana ada kelompok sempalan abad ke-20 yang hanya memahami para sahabat adalah pemuja perang, dan Nabi saw. adalah pimpinan yang haus darah orang kafir dan haus kekuasaan, Naudzubillah dari pemahaman sempit ini!
Mereka adalah orang-orang yang selalu basah pipinya dengan air mata khusyu’, mereka adalah orang yang manja kepada kekasihnya, MUHAMMAD RASULULLAH SAW.
Semoga Allah Jalla wa ‘Ala jadikan aku dan kalian bersama para sahabat di hari kiamat, bersama Nabi Muhammad saw., sang kekasih dan idola yang dipilihkan Allah untuk seluruh orang-orang yang beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar