Sabtu, 18 Juni 2011

Kemuliaan Akhlak Rasulullah SAW

Kemuliaan Akhlak Rasulullah SAW


Alkisah pada zaman Rasulullah SAW di Madinah, tinggallah seorang Yahudi miskin dan buta. Kesehariannya ia hanya mampu mempertahankan hidup dengan meminta-minta di sudut pasar. Ironisnya, kata-kata yang ia ucapkan selalu menghujat Rasulullah. Ia kerap mengatakan: “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir. Jangan coba-coba mendekatinya, sebab kalian akan terpengaruh!.”



Ya Rosulullah...
Kami Rindu Padamu...


Melihat tingkah polah si Yahudi itu, seorang sahabat lalu melaporkannya kepada Rasulullah SAW. Rasulullah pun meluangkan waktu mengunjungi pengemis aneh itu. Ternyata apa yang disaksikan Rasulullah benar. Namun beliau tidak serta merta marah. Bahkan setiap pagi, dengan setia Rasulullah menyempatkan diri mengunjungi sang pengemis membawakan makanan.
Tanpa sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan sementara si pengemis selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah dengan setia melakukan hal itu sampai beliau wafat. Sepeninggal Rasulullah, sang pengemis itu merasakan ada sesuatu yang hilang di sekitarnya. Setiap pagi tidak ada lagi orang yang menyuapinya makanan.


Ya Rosulullah...
Syafa'atilah kami...



Suatu hari, Abu Bakar berkunjung ke rumah anaknya, Aisyah, yang tiada lain adalah istri Rasulullah: “Wahai anakku, adakah sunnah Rasulullah yang belum aku kerjakan?” Maka jawab Aisyah, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah. Hampir tidak ada satu sunnahpun yang belum ayah lakukan kecuali satu.”
Serta merta Abu Bakarpun bertanya, “Apakah itu?” Jawab Aisyah: “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.”



Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke pasar membawa makanan untuk pengemis buta yang diceritakan anaknya, lalu menyuapkan makanan kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapkan makanan, si pengemis marah sambil berteriak. “Siapakah kamu?” Abu Bakar pun menjawab: “Aku hanyalah orang yang biasa menyuapimu.”
Tapi si pengemis itu bertambah murka. Ia membentak. “Bukan! Engkau bukanlah orang yang biasa mendatangiku.”
Setelah terdiam sejenak, pengemis itu melanjutkan. “Orang yang biasa datang kepadaku menjadikan tanganku tidak sulit memegang dan mulutku tidak susah mengunyah. Dia selalu menyuapiku setelah terlebih dulu menghaluskan makanan dengan mulutnya. Baru setelah itu ia suapkan makananan itu kepadaku dengan mulutnya sendiri.”

Ya Rosulullah...
Kami menyayangimu...
Sayangilah diriku (Umarul Faruqi)

Mendengar pengakuan itu, Abu Bakar tak kuasa menahan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu sembari berkata: “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Tapi aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Ketahuilah wahai orang buta, orang yang mulia itu telah tiada. Beliau tidak lain adalah Muhammad Rasulullah SAW.”



Mendengar pernyataan Abu Bakar ini, pengemis itu pun menangis sejadi-jadinya. Setelah berhenti, ia berkata: “Benarkah demikian? Jadi selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi Muhammad tak pernah marah sedikitpun, bahkan setiap hari menyuapiku dengan makanan. Sungguh mulia perangai sahabatmu itu.”
Dan akhirnya, seketika itu pula, si pengemis Yahudi miskin itu bersyahadat di hadapan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia memeluk agama Islam. Subhanallah!



Ya Rosulullah ....
Maafkan Umatmu ini....
Umarul Faruqi (pendosa yg byk membuatMu kecewa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar